Mobil Rakyat

April 1934, Adolf Hitler memberikan order kepada Dr. Ing. Ferdinand Porsche untuk mengembangkan sebuah Mobil Rakyat.

Sekarang, ‘mobil rakyat’ itu menunjukkan kelas rakyat….sono, bukan rakyat sini. 😦

Jerman mencapai kemajuannya bukan dengan mendapatkan durian runtuh. Mereka memperoleh kemajuan, dan ‘kelas rakyat’-nya dengan perjuangan dan kerja keras, menemukan sesuatu yang genuine, serta tentunya: POLITICAL WILL (kemauan pemerintah, saya yakin juga kemauan rakyatnya) untuk menjadikan negerinya maju dan beradab.

Ciri (untuk memulai) negara maju, yang saya amati adalah, ternyata tidak selalu mereka (negara maju) itu punya industri mobil. Namun negara maju sepertinya pasti punya ciri yang sama, yakni antara lain…

…rakyatnya:
– tertib antri,
– tidak membuang sampah seenaknya.

Cek saja di semua negara maju. Ada yang keliru?

– Tapi kan, orang Jerman itu kafir-kafir, minum alkohol, bukan muslim? Kenapa kita harus bercermin kepada mereka? Itu juga kenapa materi standarnya? Bukankah kemajuan dan kehidupan itu tidak haru selalu diukur dengan materi?

Saya ndhak ingin jadi kemenakannya Gusti Allah di sini dan memastikan kekafiran orang lain. Alih-alih mengkafir-kafirkan orang, dalam keislaman saya mungkin saya malah jauh lebih kafir ketimbang orang yang kita cap kafir. Wallahualam bisawab. Yang gituan urusan Gusti Allah.

Tapi gini aja. Ingat petuah orang tua: sesuatu yang baik ambilah, yg (menurutmu) kurang baik buanglah.

That is, an-sich! Itu saja!

Ndhak usah ngeles mereka itu kafir-lah, inilah, itulah, dll.

Sekarang kita bicara sebagai manusia, kita semua adalah khalifah di muka bumi ini.

Bener kehidupan ini jangan pernah kita ukur dari materi. Tapi gini, kita ngeh dong, kalo apa yang bisa diraih oleh bangsa Jerman itu bukan sekedar numpuk materi, melainkan itu wujud pola pikir mereka untuk mempermudah dan memajukan kehidupan & peadaban?

Dan jika kita mau memandangnya lebih dalam, menutup mata dan memandangnya lebih luas, maka apa yang mereka peroleh itu sebenarnya adalah: hasil dari kesibukan mengisi kehidupan!

Mereka sibuk menterjemahkan kalam Tuhan yang terbentang luas di jagad raya ini.

Kalo memang kita muslim dan merasa memang takdir kita lebih baik, harusnya dengan keberadaan kaum muslimin maka peradaban dan kehidupan ini akan lebih baik, lebih tertata: muda-mudi berbusana rapi pergi mengaji, lingkungan bersih di mana-mana – tidak ada sampah yang dibuang sembarangan, lalu-lintas tertib, hutan terus hijau dan terjaga kelestariannya, tidak kekurangan air bersih, pemukiman kumuh tidak ada, pendidikan terjamin. Dan seterusnya.

Harusnya, seperti itulah jika sebuah bangsa dipenuhi oleh kaum muslimin yang berpegang teguh pada kitab sucinya, kitab yang mengajarkan ketuhanan dan kehidupan.

So?

Tidak perlu berkecil hati. Negara maju tidak selalu punya industri mobil. Namun negara maju sepertinya pasti punya ciri yang sama, yakni antara lain rakyatnya tertib antri dan tidak membuang sampah sembarangan.

Justru kita, khususon kaum muslimin dan umumnya bangsa Indonesia, kita sangat bisa menjadi negara maju.

Sebagai rakyat, kita bisa mencirikan bangsa kita sesuai ciri-ciri negara maju, kita bisa mulai dengan hal super guampang banget aja:

– tertib antri,
– bertatakrama lalu-lintas,
– jangan buang sampah sembarangan.

Bener-bener guampang banget kan untuk (memulai) menjadi negara maju itu? 🙂

– Freema HW
maju-mundur.

Satu pendapat untuk “Mobil Rakyat

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.