Indonesia …!

Banjir di Jakarta (lagi). Membuat saya muak baik kepada pendukung maupun pembenci gubernur Jakarta.

Pendukung gubernur cuman mati-matian memberitakan berita pro-nya. Seolah sang gubernur adalah dewa yang bisa menuntaskan segalanya. Sucks!

Pembenci gubernur, bahkan sampe yang bukan warga Jakarta, mulai meledak posting meledeknya. Kalangan ini yang bukan warga Jakarta gaya postingnya khas: pura-pura menyindir. Tanpa berani menyindir beneran. Bencong!

***

Saya bukan warga Jakarta. Sayangnya, Jakarta seolah mewakili Indonesia. Indonesia seolah cuman Jawa. Jawa seolah cuman Jakarta. Sakit bener negeri ini.

Belanda sudah bener menata Jakarta. Air mustahil dilawan di Jakarta. Makanya mereka bikin kanal. Bikin jalan air. Yang justru perlu banyak-banyak air biar lancar jalan airnya.

Entah kenapa semua rencana Belanda ini seolah rusak semua.

***

Sukarno punya ide cerdas. Meski nuansanya politis kala itu. Ia ingin memindah ibukota negara ke tempat yang netral. Dilipihlah Palangka Raya.

Pilihan sempurna dan strategis.

Kalimantan sangat rendah potensi gempanya. Pun tingkat kesuburan tanahnya bagusan Jawa. Dan Palangka Raya berada di tengah-tengah Indonesia. Asal keadilan bisa lebih merata.

Andaikan Palangka Raya jadi ibukota negara, pasti asyik. Mungkin jalan tol akan banyak-banyak dibangun di Kalimantan. Tambang-tambang dan pembabatan hutan biar lebih bisa dikendalikan. Jawa biar jadi lumbung pertanian saja. Buat menjamin kenyangnya perut bangsa.

Para profesor kemarin-kemarin juga udah ngeluarkan rekomendasi: pindah ibukota negara ke Palangka Raya. Jakarta biarkan jadi pusat/ibukota bisnis saja. Namun negara tak pernah menggubrisnya.

***

Memindah ibukota negara mungkin akan lebih menstabilkan kondisi politik negeri ini. Tentu ini hal yang ndhak disukai oleh para bandar pemain negeri ini.

Jakarta masih terlalu ayik buat di(per)mainkan.

Pendukung dan penentang (gubernur) Jakarta masih sangat elok untuk diadu dengan segala dalih dan apapun alasannya.

Indonesia masih belum selamat dari ancaman perpecahan.

Dan kita-kita semakin memperkuat ancaman ini. Dengan beragam dalih, kita terus menguatkan potensi perpecahan untuk negeri ini.

Kita semualah rupanya yang menghendaki, kelak Indonesia jadi Iraq, Libya, Mesir, Suriah. Orang asing hanya memainkan kartunya saja. Kita ternyata yang membuka meja judinya: membuka perpecahan (dengan sesama, antar sesama).

Ya apa ya?

– FHW,
WNI.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.