(Jangan) Tolak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi!

https://i0.wp.com/poskotanews.com/cms/wp-content/uploads/2012/03/pdi.jpeg

http://news.detik.com/surabaya/readfoto/2012/03/27/111114/1877383/473/1/massa-pdip-turun-ke-jalan-tolak-kenaikan-bbm

“Pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, RON95 dan diesel, sebesar 20 sen per liter, menyusul langkah rasionalisasi subsidi harga BBM yang berlaku pada Kamis (2/10/2014) pukul 00:01.

Kementerian Perdagangan Dalam Negeri, Koperasi dan Kepenggunaan Malaysia mengumumkan harga eceran baru untuk bensin RON95 naik dari 2,10 ringgit (Rp7.800) per liter menjadi 2,30 ringgit (Rp8.500) per liter.

Sementara harga diesel naik dari 1,90 ringgit (Rp7.000) menjadi 2,20 ringgit (Rp8.200) per liter. Seperti dikutip antaranews.com, Kamis (02/10). Harga pasaran sebelum subsidi untuk bensin RON95 dan diesel masing-masing adalah 2,58 ringgit (Rp9.600) dan 2,52 ringgit (Rp9.400) per liter.

Perbandingan harga bensin RON95 di antara negara-negara ASEAN paling tinggi tercatat di Singapura, disusul oleh Thailand, Kamboja, Laos, Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia dan paling murah di Brunei.”

Lho, ini kenapa beritanya koq Malaysia?

Wah, saya pasti kebawa efek tiga desa seluas 54.000 hektar di Nunukan yang diklaim jadi wilayah Malaysia ini, jadinya serasa negeri ini udah dicaplok sama Malaysia http://www.facebook.com/groups/145664822172198?view=permalink&id=767214370017237 Hiks…

http://www.merdeka.com/foto/peristiwa/ratusan-kader-pdip-gelar-long-march-tolak-kenaikan-bbm.html

Well, barusan beberapa jam tadi, harga BBM bersubsidi naik lagi.

Saya pribadi tidak kaget, meski shock pada penyesuaiannya. Soale ini kuda tua bmwangka umur 20 taon bermesin V8 seharga sebuah motor Ninja roda dua dengan kapasitas tangki 80 litar memang saya isi dengan BBM bersubsidi.

Maklum, mesinnya memang punya kemampuan untuk membakar beragam jenis oktan BBM. Dan logis, saya nyari yang termurah.

APAKAH SAYA MENOLAK KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI?

Sebaliknya, saya pribadi justru mendukung kenaikannya. Bahkan sebenarnya saya mengharap tidak ada lagi BBM bersubsidi di negeri ini. Hapuskan subsidi pada BBM, namun subsidi total pada kebutuhan energi rakyat!

Beberapa kalangan masih kuat mengikuti pendapat pak Kwik, bahwa sebenarnya ongkos produksi BBM kita hanya beberapa ratus rupiah saja, tak sampe seribu rupiah http://kwikkiangie.com/v1/2012/03/kontroversi-kenaikan-harga-bbm/

ALASAN Pak Kwik sangat logis: BBM kita itu given dari Tuhan YME. Sehingga yang dihitung mestinya cuman ongkos produksi saja. Tidak perlu mengikuti harga minyak pada perdagangan internasional.

Namun kalangan lain menyatakan, BBM kita sebenarnya sudah menipis dari perut bumi kita. Dan sekarang kita sudah menjadi negar apengimpor minyak instead-of penghasil/pengekspor.

SAYA pribadi percaya dengan penjelasan pak Kwik. Dan saya percaya kita masih punya banyak minyak.

Buktinya?

Chevron masih ganas menyedot minyak kita. Sederhana saja, kalo sumurnya sudah tua dan berada pada nadirnya, titik dimana kegiatan produksi justru tidak akan menguntungkan jika diteruskan, maka Chevron pasti akan hengkang ketimbang terus beriklan CSR (corporate’s social responsibility – saya membacanya corporate’s sin removal) dengan slogan Kami Setuju! (Tapi saya tidak!)

Lantas, kenapa saya justru menolak subsidi dan menginginkannya untuk dihapus?

Paling pertama yang ingin saya sampaikan, dengan menolak subsidi dan justru menginginkan subsidi BBM dihapus, saya bukan simpatisan dan sama sekali tak bersimpati kepada partai yang dulu koar-koar nolak kenaikan harga BBM bersubsidi namun sekarang diam suaranya, apapaun dalih mereka!

Saya ngomong ngablak asal njeplak kayak gini, murni dari opini pribadi!

Saya tidak bisa menjelaskan secara ilmiah dengan data dan fakta atas kondisi ini. Pertimbangan saya murni pakai feeling belaka:

  • Subsidi selama ini berpotensi hanya jadi alat permainan anggaran di atas sana. Masalah subsidi ini juga jadi alat politis para par-tai itu semua. Ada yg menjilat ludah sendiri: dulu koar-koar nolak kenaikan harga BBM bersubsidi, sekarang tak ada lagi suaranya. Paling alasannya: kondisi berubah. Prekkk!!!
  • Subsidi selama ini gak tepat yang menikmati. Yang beli mobil harga ratusan juta masih tega beli BBM subsidi.
  • Segala cara yang dilakukan pemerintah infeketif. Semuanya! Mulai pembatasan pembelian, pakai RFID, dll. Karena memang habbit secara keseluruhan memang tidak memungkinkan untuk dilakukan cara-cara parsial seperti itu.
  • Urusan BBM bersubsidi ini bukan lagi urusan parsial, melainkan sudah urusan sosial yang sangat luas lingkupnya. Kalo memang pemerintah mau ngasih subsidi pada BBM, ya subsidi saja. Ndhak usah pake urusan etika, moral, dll. yg ini buat orang kaya yg ini buat orang miskin.
    Moral memang menegakkan hukum, namun hukum juga bisa memaksa kondisi tanpa perlu bisa moral. Setidaknya ini subyektivitas saya.
  • Lebih baik anggaran subsidi dialihkan ke hal yang memang lebih urgent. Selain layanan pendidikan dan kesehatan gratis, lebih bijak jika pemerintah menggaji sopir angkutan umum. Dengan sistem yang sedemikian rupa, misalnya absensi sidik jari pada trayek yang dilalui sesuai dengan perkiraan jam kedatangan/keberangkatan, dsb.
  • Kalo masih ada subsidi, pemerintah bisa beralasan kurangnya anggaran pembangunan karena duitnya dipakai buat subsidi BBM. Kalo subsidi hilang, pemerintah gak punya lagi alasan kalo ada pelayanan pendidikan dan kesehatan masih buruk. Jadi gampang bagi rakyat buat nggantung leher pemerintah. 😀 Hehehe…

    Upsss!

Pemerintah wajib menyediakan/memenuhi hajat hidup orang banyak, bukan berupa bensin melainkan: energi!

***

DENGAN dicabutnya subsidi BBM, pemerintah mestinya langsung bergerak cepat membangun power-plant renewable. Dengan angin atau air. Kondisi sekarang ini, semuanya sudah semakin murah dan terjangkau. namun masih akan sangat mahal bisa itu semua (membangun power-plant) dilakukan secara individual oleh rakyat dan tidak kolektif.

Pertimbangannya sederhana saja: sesuatu yang dibeli dalam skala besar akan lebih murah investasinya.

Power-plant ini bisa dibangun dalam skala provinsi atau kota, tergantung daerah, dengan memanfaatkan potensi/kelebihan sumber daya alam setempat. Bagi yang potensi sumber daya alamnya minus, baru diambilkan dari daerah lain.

Ngomong-ngomong, selain Jakarta, di mana sih di indonesia ini yang kekurangan energi angin dan air?

BTW niy betewe, di negeri ini, BBM yang bersubsidi itu cuman AKI 88. Di Malaysia, yang disubsidi yang RON95 (= AKI92/Pertamax di Indonesia) cuy!

Freema HW,
– paling jagoan kalo urusan asal njeplak kayak gini.

2 tanggapan untuk “(Jangan) Tolak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi!

    1. Siap gan!

      Makanya lebih enak subsidinya dihilangkan, biar pemerintah gak berasalan kurnagnya anggaran pembangunan karena duitnya dipakai buat subsidi BBM.

      jadi kalo ada pelayanan pendidikan dan kesehatan yang buruk, gampang nggantungnya leher pemerintah. Gitulah 😀 Hehehe…

      Upsss!

      Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.