May a Day

Saya sungguh berempati dengan buruh. Tapi ndhak pernah suka dengan Mayday (hari buruh).

Buruh adalah pahlawan. Dengan keberadaan merekalah operasional usaha bisa jalan.

Nasib buruh bermacam-macam. Ada yang kerjanya sesuai peraturan kementrian tenaga kerja dan gajinya di atas UMK/UMR. Ada yang kerja serasa 24/7 dengan gaji layak seperti pembantu rumah tangga. Ada yang kerjanya enak-nyantai namun gajinya kecil. Ada yang udah gajinya juragannya juga ndhak ngira-ngira ngasih tugasnya.

Ada yang gajinya super gedhe, fasilitas dari kantor lengkap, punya bawahan juga, seperti para manajer di kantor-kantor gedhean. Namun selama status mereka adalah karyawan, maka mereka tetep aja buruh.

Lantas kenapa jagung ini dibakar saya ndhak suka Mayday?

Pertama, saya tidak paham bener apa alasan dibalik munculnya Mayday. Alasan kemanusiaan, alasan ideologis, atau alasan politis dll.; saya ndhak terlalu memahami dan rasanya susah untuk dipahami.

Ini tentu berbeda telak dengan alasan para pemuda bersekongkongkol mengikrarkan diri sebagai anak bangsa Indonesia untuk mengusir penjajah, menegakkan jati diri bangsa, dan menjunjung tinggi kemanusiaan – persamaan derajat berdasarkan perdamaian abadi dan ketertiban umum. Seperti Pemuda 1928 bersumpah bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu: Indonesia.

Kedua, semua perkejaan sejauh itu untuk membangun peradaban dan kemanusiaan sejatinya sama mulianya: buruh, guru, tentara, polisi, officer, klerik, dokter, mantri, perawat, pemain ketoprak ludruk tanjidor, penari remong, nelayan, pelatih olah raga, montir, tukang kayu, tukang batu, kuli, tukang gali/bor sumur, penjahit sepatu, penjahit kasur keliling, penjahit pria/wanita, dll.

Namun jika boleh menganakemaskan, maka yang paling utama dari semua yang mulia ini saya pikir adalah petani. Sebab dari hasil kerja keras merekalah kebutuhan (paling mendasar dari semua kebutuhan:) makan kita semua tercukupi.

So, mustinya yang lebih penting untuk diutamakan mustinya hari petani.

Ketiga, hari buruh seolah menggambarkan bahwa (hanya) buruh yang perlu dibela, pengusaha tidak.

Dalam konteks keberimbangan, buruh dan pengusaha itu posisinya sederajat: saling membutuhkan. Bukan salah satu membutuhkan yang lainnya.

Saya sepakat, pengusaha emang serasa lekat dengan penimbun kapital, main-main ama angka pajak, main belakang nyuruh tim gelap buat nggusur tanah buat mall atau kluster elit, berkomplot dengan keparatur pemerintah nuker tanah kas desa jadi perumahan; hobi masukkin barang BM/bajakan demi keuntungan tinggi karena tegasnya peraturan negara yang melindungi hak konsumen. Dll.

Dan saya juga yakin bahwa kita semua juga memahami bahwa belom tentu itu semua sama. Ada buruh loyal dan ada buruh reseh. Ada pengusaha bajingan tengik dan ada pengusaha manusiawi.

JIKA Anda sumpek melihat kelakuan buruh yang seolah hanya bisa demo menuntut-menuntut-menuntut atau pengusaha yang Anda denger cuman suka ngemplang-ngemplang-ngemplang, Bimmerfan dari sudut pojokan Indonesia yang satu ini membuktikan bahwa masih ada, masih buanyak, mereka (pengusaha dan karyawan) yang sama-sama bijak dan berlaku adil (fair).

Cak Rizal, demikian dia biasa dipanggil. Lulusan ITS yang kini menggeluti bisnis seluk-beluk Apple/Mac – servis dan jual/beli. Dunia mungkin tidak mengenalnya. Tapi kaum bimmerfan – para penggemar kuda Jerman buatan Munich, Bavaria dan penggila komputer cap buah apel krowak nyaris semua mengenalnya. Dan perlu untuk mengenalnya. Sekalipun lewat dunianya si maya.

Tentunya kiprah “kecil”-nya yang kayak ginian ini ndhak bakal/susah terliput media massa karena ndhak ada nilai jualnya: ndhak ada kapital gedhe yang beredar; ndhak ada puluhan-ribuan karyawan dia punya; ndhak ada anak cabang perusahaan di mana-mana; dan ndhak ada produser perlu meliputnya untuk acara populis TV: sport, kuliner, atau gosip artis.

Di hari yang entah kenapa koq ditetapkan jadi hari buruh ini, doi posting curcol (curhat/curahan hati colongan) di fesbuknya. Salut dan speechless saya membaca torehan posting salah satu guru batin saya/kita semua kaum bimmerfan dan sesiapa saja, yang satu ini.

Seperempat saja karyawan Indonesia berani resign dan mau turun kelas, jatuh pendapatan, drop fasilitas, hancur kemewahan, dan adanya malah naik ‘sengsara’ seperti beliau: ‘sengsara’ karena berjuang sendiri tanpa dukungan kongsi dan kartel besar; …

… niscaya Indonesia akan menjadi negeri tangguh. Negeri yang ditiangi oleh barisan pengusaha/wirausahawan. Para manusia yang ‘sengsara’ karena berjuang sendiri tanpa dukungan kongsi dan kartel besar semua itu tadi, namun mendapatkan kesenangan dan kemerdekaan nan tiada tara.

Kesenangan dan kepuasan saat berhasil melewati cobaan, melalui hambatan, melewati rintangan, dan mengatasi tantangan usaha; dan merdeka karena mandiri – berdiri di atas kaki sendiri.

Meski mungkin hanya berenang di kolam kecil, tapi mereka cak rizal-cak rizal – Anda semua para wirausahawan itu sesungguhnya adalah ikan besar.

kali ini topik nya MAYDAY….
hari buruh international….
ini adalah jalan cerita saya pribadi….
saat ini…
saya di posisi Pengusaha kelas teri dan pedagang kaki lima pinggir dalan…
dalam benak pikiran saya tiap hari…
tiap malam….
tiap waktu….
yang dipikir
1. gimana usaha bisa maju
2. karyawan gajian tepat waktu
piye carane karyawan ku tidak terlambat gajian…
piye carane crew ku tercukupi kebutuhan nya…
mengacu skill, loyalitas, kejujuran dan tentu nya potensi yang ada….
aku ndak mikir iso nduwe rumah mewah, ndak mikir bisa beli bmw baru, ndak mikir beli motor sport terbaru…
aku cuman mikir 2 item itu aja kok…
itu aja dah cukup memeras pikiran dan waktu…
aku gak ingin crew ku sampe kekurangan, efek nya jelek…
saat crew ku kekurangan, dibilang gaji nya kurang lah dll lah dkk lah…
pasti dia akan berpotensi berbuat curang…
saya gak mau dia curang…
bukan karena curang dan merugikan (walau itu jelas jelas merugikan)
tapi saya gak mau crew ku curang karena saya kurang kasih gaji…
tapi saat dia meminta gaji lebih, saya akan bertanya…
apa yang bisa kamu kasih ke usaha kita ini…?
apa yang bisa kamu hasilkan dari gaji yang kamu minta…?
jika memang dia bisa memberikan lebih, saya akan kasih apa yang dia minta…
mungkin tidak dengan kenaikan gaji, tapi akan saya kasih Insentif atau uang tambahan di awal bulan depan nya sebagai rasa terima kasih (dan ini sudah saya terapkan…)
mungkin ada crew saya yang belum mencapai UMK…
yup…
masih ada…
itu sesuai dari apa yang saya dapatkan…
jika dia cukup produktif, akan saya tambahkan di Insentif …
saya rasa diterimakan pun lebih dari sekedar UMK…
mungkin rekan ada yang baca ini…
akan berpikir, ah masa sampean pengusaha gak pengen beli beli…?
pengen lah pengen…
lihat kemampuan…
saya dah ukur seberapa kemampuan saya…
kalo saya mampu, ya beli…
gak mampu ya nabung….
lalu ada yang bilang lagi…
lha itu sampean punya mobil aja lebih dari 1…
BMW pula…
hey…
BMW kui murah, luwih larang avansa xenia mu je…
bahkan lebih mahal NINJA 250 mu sing anyar kui…
trus ada lagi bilang…
berarti sampean dapat warisan buat buka usaha yo mas….?
warisan eyang mu kemping yo…?
saya awali usaha saya ini beberapa tahun lalu dari sebuah motor honda GL Max…
saya jual untuk modal awal…
saya waktu itu masih pegawai…
modal saya puter puter buat dagang…
sempat tertipu puluhan juta juga lho…
tapi alhamdulillah lunas…
kok untung nya crew ku gak pernah demo…
gak pernah nuntut macam macam…
aku bangga ma crew ku…
mereka solid…
mereka saling isi kekurangan rekan nya…
disini gak ada siapa boss siapa karyawan…
disini sebuah team kerja…
saling isi untuk cari makan…
i love you guys…!!!
hehehehehe….
CURCOL deh….

Posted by Rizal Surabaya on 1 Mei 2015

PERIHNYA, postingan Cak Rizal -demikian panggilannya- tersebut sungguh menampar telak muka saya. Sebagai buruh yang mengerjakan pekerjaan dari orang lain saya juga belom becus, sebagai pengusaha yang bekerja mandiri saya juga masih berantakan. Sebagai diri saya sendiri pun rasanya masih gagal/ndhak sukses-sukses amat.

Sungguh!

Namun semoga saya masih bisa menjadi suami dan bapak terbaik bagi istri dan anak saya.

Ya Allah, bekari dan rahmati selalu kami senantiasa, makhluk-makhluk-Mu yang mungkin bingung menjalankan takdir ini. Allahuma aamiin.

3 tanggapan untuk “May a Day

  1. Cak / om Rizal… kenal setelah laptop hardisknya rusak minta Di opname. Recommend banget. Crita tentang May day saya bergelut di digital printing dan percetakan ibaratnya jasa sama seperti cak Rizal, setelah 6 tahun bergelut baru bisa gaji mendekati umk. Sifat pegawai dulu pernah sekaligus keluarin 3 orang karena curang. Kalo pegawai gajinya dibesarin bukannya buat menabung tapi buat beli yg diluar kapasitasnya itu yang buat jadi masalah baru mana ad yang namanya cukup. Pengin punya pegawai yang kompak seperti om Rizal tapi takut juga kalo 13 orang kompak terus curangnya kompak bisa mereka makin makmur. Ya kalo sebagai pengusaha apa lagi yg kecil masalah gaji mau besar ok tapi tanggung jawab dan kinerjanya harus seimbang saja. Jangan asal2an kerjanya

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan ke Danny Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.