Manual

Meski trend mobil matic semakin meningkat akhir-akhir ini – konon Suzuki menjual 60% Grand Vitara adalah versi matic, di Indonesia sini mobil dengan transmisi manual masih jamak diedarkan oleh produsen. Kebanyakan mobil yang dilengkapi transmisi manual ini kelas low-end (MPV) dengan mesin kecil.

Untuk mobil premium, lupakan kondisi ini. Sebab sudah sejak jaman ndhak enak mereka sudah pada dibekali transmisi otomatis bahkan manumatic, transmisi yang sesungguhnya matic namun dibekali fungsi shifting secara manual – bisa digeser naik/turun gigi secara manual oleh supir (dan biasanya teteap akan shift-up sendiri jika pada redline si supir belom menggeser naik gigi transmisi manumatic).

SAYA kurang paham kenapa transmisi manual begitu disukai di sini – juga di India.

  • Jika alasannya biaya maintenis, konon overall biaya maintenis manual vs matic pada periode yang sama bisa dibilang setara. Misal taruh kata mobil manual perlu ganti oli dan kampas dengan DC (damage cost) 500 rb per tahun, mobil matic anggaplah makan DC 2500 rb per 5 tahun, maka jatohnya imbang.
  • Kalo alasannya performa, mungkin iya. Tapi kalo sudah ngomongin performa, bukannya yang perlu ditonjolkan performanya (speed, akselerasi) itu kan ranah mobil sport? Kalo mobil fungsional, ya fungsionalitasnya to yang musti dikedepankan?
  • Saya curiga, asalan… sori alasan mobil bertransmisi manual populer di sini hanyalah alasan yang ‘tidak dapat dipertanggungjawabkan’ secara official. Misal transmisi manual dinilai lebih mudah diakali (dikeling kampasnya jika habis); biaya maintenis yang terlihat kecil per satuan periode perawatan sehingga terstigma murah sementara biaya maintenis matic mahal per periode perawatan sehingga terdogma mahal;
  • termasuk biaya perbaikan matic yang mahal kalo sudah ambrol. Klausul ini, meski saya pribadi sepakat, sebenarnya lucu juga. Lucunya adalah: kita hanya menghitung pas rusaknya, pas makan biayanya, dsb. tanpa menghitung masa breakdown-nya yang panjang.

Tapi sudahlah, inilah realitas di lapangan sini.

Saya pribadi meski masih oke pake manual, tapi sejak setengah dekade lebih silam udah putus preferensi dengan manual. Ogah kalo saya disuruh milih manual sementara ada matic-nya. 😛

Dan kalo dibilang matic letoi performanya, hmmm… matic-nya apa dulu niy?

*tuing-tuing* 😀 Hehehehe….

DI luar negeri, fenomenanya “terbalik” (menurut sudut pandang sini) udah berlangsung sejak lama. Transmisi otomatis adahal hal yang jamak sejak dua-tiga puluhan tahun silam. Maklum, orang sana kalo beli mobil terkenal ya memang ‘difungsikan secara fungsinya’. Sangat bisa dipahami, aneh memang jika mobil yang harusnya gampang dikendarai malah bikin susah supirnya dengan oper-oper gigi.

Di sono, transmisi manual umumnya hanya disematkan di mobil sport yang memang digunakan untuk kebutuhan khusus. Ya sport itu.

Saking langkanya mobil dengan transmisi manual di luar negeri, saya pernah baca sebuah kisah, di Australia ada maling yang batal nyuri Accord Maestro pada masanya dia beredar dulu, karena si Accord yang hendak digondol ternyata transmisinya manual dan si maling ndhak bisa nyetir mobil bertransmisi manual 😀

Era sekarang, transmisi manual murni juga sudah semakin lenyap. Produsen yang menawarkan transmisi manual biasanya sudah dikembangkan jadi elektro-manual. Transmisinya tetep manual, tapi udah pake kopling ganda, dan perpindahan giginya digerakkan secara elektronis bukan mekanis yang perlu pedal kopling. So, waktu perpindahannya bisa super cepat.

Nama dagang yang kondang untuk sistem ini adalah VAG (VW-Audi Group) DSG (Direct-shift Gearbox) yang dipasang pada merk di bawah raksasa ini: Audi, VW, Porsche, Bugatti, SEAT, Skoda; dan SMG (Sequential-manual Gearbox) punyanya BMW.

Trend lenyapnya transmisi manual ini bisa dibilang semakin menjadi di luar negeri sono meski tidak bisa dibilang punah. Saking langkanya kendaraan dengan transmisi manual, Automobilemag.com sampe merilis daftar produsen yang masih menawarkan versi transmisi manual (disamping versi matic) untuk kendaraan common-nya di sono.

Laporan mereka http://www.automobilemag.com/features/lists/1504-7-cars-that-you-forgot-offer-a-manual/, ada 7 (tujuh) kendaraan yang mungkin kita lupa jika mereka masih menawarkan transmisi manual juga (disamping versi matic):

  1. Volkswagen CC
  2. Buick Regal GS
  3. Mercedes-Benz SLK
  4. Nissan Xterra
  5. Infiniti Q60
  6. Honda CR-Z
  7. Subaru Forester

Sementara untuk mobil yang hanya menawarkan transmisi manual saja, Automobilemag.com mencatat tersisa tinggal ada 6 (enam) model doang seperti dijlentrehkan di sini http://www.automobilemag.com/features/lists/1407-the-6-remaining-manual-only-cars-in-u-s/ dan ternyata semuanya hanya mobil (versi) sport, yakni:

  1. 2014 SRT Viper
  2. 2014 Honda Civic Si
  3. 2015 Ford Focus ST
  4. 2014 Ford Fiesta ST
  5. 2014 Chevrolet Camaro Z/28
  6. 2015 Subaru WRX STI

Tipe-tipe kendaraan manual-only tersebut memang berbasis kendaraan versi standar. Hanya karena dibuat oleh anak perusahaan di pemegang merk yang terpisah manajemen/perusahaannya, mungkin ini alasannya kenapa dia dianggap tipe tersendiri.

Barangkali ada baiknya itu editornya Automobilemag.com main-main ke Indonesia, biar melongo dia bahwa di sini mobil transmisi manual – teknologi yang usang dan udah ditinggalkan oleh mereka pada mobil fungsional itu masih umbruk-an, seabreg-abreg! Dan itu bukan mobil sport. 😀

Dan buat Anda pengguna mobil bertransmisi manual, khususon pengguna low-MPV di sini, jika ditanya kenapa/apa alasan Anda pake tipe transmisi manual, mungkin bisa Anda jawab, “Saya kan pingin menyamai itu mobil-mobil sport di Amerika!”

2 tanggapan untuk “Manual

  1. Aaaaaah saya suka kalimat yang ini “aneh memang jika mobil yang harusnya gampang dikendarai malah bikin susah supirnya dengan oper-oper gigi.” so I am normal lah ya ga pernah ngerti mobil manual, tapi sekali belajar mobil mati langsung bisa hehehe 😀

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.