SAV


BMW X-Series bisa semiring Nissan Patrol ini ndhak ya?

Kalo ndhak sanggup, wajar… lha wong BMW menyebut X-Series bukan sebagai SUV (sport utility vehicle) melainkan SAV (sport activity vehicle), yang konon denger-denger itu dimaknai sebagai “SUV yang agak ‘banci’” gitu.

Busuknya, udah definisinya “ndhak jelas”, SUV… eh, SAV-SAV BMW malah banyak dijadikan benchmark alias acuan/tolok ukur oleh banyak pabrikan lain. Mercy ngeluarin GLC buat menandingi BMW X3. BMW X1 juga kemudian menggoda Mercy untuk melahirkan GLA atau Audi yang melahirkan Q3, berbasis VW Tiguan yang mana mereka emang turut bernaung di bawah grup VAG (VW-Audi Group) bersama juga Porsche dkk. Jauh sebelomnya, santer terdengar kalo Mercy W201 atawa cikal-bakal Klasse-C dibuat buat menghambat popularitas BMW Serie 3.

Di media massa otomotif, jamak beberapa produk BMW dijadikan benchmark oleh para penulis/editornya saat mengupas suatu produk (baru).

Anda layak mengatakan saya subyektif; tapi di mata saya, manajemen BMW emang lihai menelurkan sebuah produk berikut positioning-nya hingga kemudian dominan menguasai segmen pasarnya, jika tidak pada volume penjualannya setidaknya pada product-image-nya.

***

ENTAH apa pertimbangan di belakang layar yang kemudian menjadi kekuatan BMW untuk menelurkan kategori baru spesies mobil. Saya menebak, penetasan kategori spesies baru oleh BMW ini didasari pergerakan pasar {entah pergerakan atau digerakkan} yang semakin menggeser semua barang fungsionalitas ke arah life-style, dengan tetap tanpa mengurangi atau menghilangkan fungsi asli/fungsi dasar si barang.

Mungkin ini yang melatari kenapa pihak BMW kemarin yakin banget menelurkan SAV ketimbang SUV, meski SAV pertama mereka: X5 E53 aslinya adalah copas dari Range-Rover saat BMW memiliki Land-Rover kala itu.

SAV, saya pandang mencerminkan fokus BMW yang direformulasi sejak era 60-an yang ingin konsisten bermain bersih dan kencang di jalan raya alih-alih ikutan belepotan dan berkotor ria di kubangan lumpur, habitat normal para SUV.

SAV dipilih BMW, karena sepertinya SUV akan hilang kejantanannya jika melaju di jalan raya, sementara roda-roda yang menggelinding di muka bumi kini semakin diakomodasi oleh aspal yang laik dan layak ketimbang makadam apalagi jalur tanah berbebatuan seperti sekian dekade silam.

Paling kondang dan sukses menggemparkan dunia dan mendobrak kungkungan kotak persepsi kategori spesies/jenis-jenis kendaraan yang selama ini ada adalah saat BMW menelurkan X6, spesies yang bisa dibilang sama sekali baru, yang mengulangi lahirnya spesies minoritas sebelum-sebelumnya dalam perjalanan sejarah otomotif dunia: spesies out of the box.

Ide dasar X6 sebenarnya sederhana: coupe-SUV… sorry, coupe-SAV. Jadi heboh karena secara bentukan, spesies baru ini tidak jelas diletakkan dimana.

Alhasil, menurut kategori kasta life-style-lah akhirnya jenis baru ini mendapatkan pasarnya. Kasta life-style ini tidak lagi berbicara kendaraan untuk mengangkut apa, melaju dimana, dan menghadapi medan yang seperti apa.

Kasta life-style ini akhirnya merumuskan kendaraan: dibeli oleh orang yang pekerjaan dan aktivitasnya apa (direktur, semiman, fashion-designer, karyawan administrasi, pelajar, ibu rumah tangga, dll.); dengan gaya hidup seperti apa; duit belanjanya rata-rata berapa; suka beli item apa aja; dan semacamnya.

Itu sebenarnya pakem baku yang digunakan untuk merumuskan STP (segment, target, positioning) sejak dulu, cuman konteksnya aja dirancang lebih kekinian. Intinya, kalo boleh saya bahasakan: kustomernya yang kemudian diredefinisikan, bukan kendaraannya dan diredefinisikan.

Hasil redifinisi (gaya hidup) kustomer inilah yang selanjutnya melahirkan definisi spesies baru kendaraan. Atau jika tidak disebut baru, mungkin dia adalah hasil redefinisi ekstrim dari jenis kendaraan yang sudah ada sebelumnya.

Seperti mengulang saat Mercy yang konon menelurkan Klasse-C untuk menghambat laju popularitas Serie 3, X6 sekonyong-konyong memaksa Mercy merancang GLE Coupe untuk menghadang kesuksesannya.

CERUK pasar SAV memang ada – dan sepertinya semakin tumbuh, atau setidaknya mereka temukan, atau telah berhasil mereka (re-)create/lahirkan (kembali). Gambaran ini niscaya semakin diperkuat dengan Land-Rover yang lantas mencetuskan Evoque nan centil, keluar dari pakem Land-Rover salama ini yang seolah: tidak perlu jalanan untuk berjalan.

Dan kemudian BMW sukses menjadi pionir untuk kategori pasar tertentu, pionir di ranah yang mereka ciptakan (ulang) atau mereka lahirkan (kembali) sendiri, yakni ceruk-ceruk baru dan aneh. Aneh karena batasan pengkategoriannya semakin kabur dari bentuk dasar kendaraan: antara ia wagon, hatchback, bahkan sedan.

Setidaknya (masih) aneh untuk saat ini, namun keanehan ini sudah semakin cepat pudar, dan menjelma menjadi definisi baru kategori spesies kendaraan: lebih berdasarkan kasta life-style-nya, bukan lagi menomorsatukan bentuk kendaraan atau peruntukan dasarnya sebagaimana kemarin kita hanya mengenal saloon/sedan, wagon, van, dll.

Pelajaran yang mungkin bisa kita dapat dari ulasan bolah-ruwet ini: jangan takut berbeda jika ada pertimbangan, tujuan, dan benefit/manfaatnya. Bahkan berbeda itu bisa menguatkan posisi kita.

IMHO, CMIIW.

– FHW,
sama. Eh, berbeda.

2 tanggapan untuk “SAV

    1. hampir semua BMW sering kena isu reliabilitas pada sistem elektronisnya. Dari dulu hingga sekarang.

      Entah kemungkinannya:

      – itu sistem emang dirancang harus diganti pada periode tertentu untuk menjamin keamanan dan keselamatan, biasanya ini urusannya pada sensor-sensor;

      – sistemnya emang lebih kompleks sehingga dianggap kurang reliabel (padahal urusan kompleksitas sistem dengan reliabilitas dan durabilitas mustinya urusan yang berbeda dan terpisah);

      – emang elektronisnya kurang reliabel dari pabrikannya sono.

      Tapi hingga hari ini saya belom denger ada berita gempar bin heboh terkait rumor ini.

      Mungkin ada recall, tapi recall itu kan lumrah tho sebagai bentuk tanggung jawab produsen? 😀

      Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.