Patah As

Pernah lihat truk patah as roda? Bagaimana perasaan Anda?

Kalo saya, jujur saya kasihan, berempati, namun sekaligus enggak terlalu peduli dengan fenomena ini.

Saya kasihan, begitulah beratnya supir truk bekerja, dia harus membawa truk dengan beban yang sangat melebihi kapasitas sehingga berpotensi terhambat pekerjaannya yang bisa jadi bukan karena salahnya. Terhambat pekerjaannya yang bisa jadi bukan karena salahnya inilah yang membuat saya berempati.

Tapi saya cuek dan enggak ambil pusing. Itu as, saya meyakini benar, patah karena beban muatannya yang berlebih. Sebab kejadiannya beberapa kali saya lihat di ruas jalan yang kondisinya baik-baik saja, bukan jalanan yang rusak.

Kalo jalanan rusak, okelah mungkin si jalan yang menyebabkan musibahnya. Dan jalan rusak ini bisa jadi karena dua perkara saja: kendaraan yang dibiarkan melebihi tonasenya terus-menerus melintas, atau pemerintah yang bikin jalan alakadarnya, dengan dalih anggaran enggak cukup dan rusak karena cuaca.

So, saya enggak sempat berpikir bagaimana mengatasi as roda truk yang patah begitu. As roda truk patah? Ya sudah. Cuman itu yang ada di pikiran saya.

Dan kalo jalanan macet karena kejadian itu, ya mau enggak mau saya harus bersabar. Mau mengumpat pun enggak ada hasilnya. Jadinya, jujur saya bersabar karena “terpaksa”, bukan karen ikhlas dan karena berempati.

***

Pernah lihat mobil penumpang patah as roda? Bagaimana perasaan Anda?

Kalo saya, jujur saya kasihan, berempati, dan berdoa.

Kasihan si pemilik mobil harus mengalami kejadian seperti itu Berempati dengan membantu sebisanya kalo memungkinkan, setidaknya saya bersabar saat lalu-lintas macet karenanya, dan ini bersabar bukan karena saya terpaksa bersabar. Ini bersabar karena saya bisa memahfuminya. Sama-sama bersabar, tapi isi hati ini yang membedakan kalusulnya.

Dan selanjutnya saya berdoa, semoga pemilik mobil punya rejeki untuk merawat mobilnya sehingga potensi patah as – yang bisa jadi karena telat perawatan, bisa segera diperbaiki dan dirawat dengan benar. Karena memang kenyataannya hal seperti ini urusannya bukan lagi kenyamanan melainkan sudah pada urusan keselamatan. Ya kselematan diri sendiri ya keselamatan orang lain.

Atau kalo misalnya orangnya punya duit dan tau bahwa as rodanya waktunya diservis/diganti namun dia mendahulukan mempercantik kosmetikal mobil, misalnya dengan bikin audio jebam-jebum, ya semoga kejadian seperti ini menyadarkannya untuk menomorsatukan perawatan dan perbaikan yang berhubungan dengan faktor dan aspek keselamatan kendaraan.

***

Lantas bagaimana jika ada kendaraan pribadi yang patah as roda karena jalan berlubang?

Ini kejadian yang baru saya alami semalam sebelum saya mengetik post ini.

Saya sedang di atas bis dalam perjalanan pulang ke Kediri. Kebetulan duduk saya pas di bangku belakang sopir.

Saat itu sekitar abis maghrib dan situasi hujan.

Mendadak bis berhenti karena masuk ke dalam antrian kendaraan yang macet. Lokasinya di utara kawasan Minggiran, Kediri.

Kendaraan berjalan bergantian dengan kendaraan dari arah depan.

Saat kemudian kami melihat bahwa kemacetan ini disebabkan oleh sebuah kendaraan kecil yang posisinya melintas di ruasnya dengan salah satu roda patah. Rodanya kiri depannya melesak ke dalam fender/spakbor mobil dan begitu sangat miring. Jelas sekali kalo itu patah, bukan modifan enggak penting dan enggak berguna ala hellaflush. Enggak penting dan enggakberguna bagi saya, bukan Anda.

Kendaraannya masih lumayan bagus, umurnya masih muda meski bukan model yang sedang dijual. Kondisinya pun bagus: kinclong, keren, mulus.

Si kendaraan menyalakan lampu hazard. Ada kendaraan lain yang juga menyalakan hazard sedang berhenti di bahu jalan di sebelah si kendaraan yang mengalami celaka itu.

Sebelum posisi kendaraan yang patah as roda, terpasang cone untuk pengaman. Cone, bukan segitiga pengaman. Saya menebak, cone itu dari sebuah BPR yang berada seitar beberapa puluh meter dari lokasi kejadian. Mungkin dipinjam atau dipinjami dari situ.

Dan kendaraan yang berhenti di bahu jalan, ini murni tebakan saya, mungkin hendak menolng menyeret namun enggak bisa. Entah enggak ada tali entah memang kendaraan yang patah as roda itu enggak bisa diseret.

Tampak dua orang, mereka berpayung, bercakap-capak. Sekali lagi ini cuman tebakan saya, mereka adalah dua temen. Mungkin kendaraan di bahu jalan itu adalah temen si korban yang datang ke situ untuk menemani atau hendak membantu.

Enggak ada petuga skepolisian tampak di lokasi.

Saya hanya merasa kasihan dan berdoa semoga ini semua segera tertangani dan lalu-lintas enggak macet.

***

Yang bikin perasaaan saya berkecamuk, adalah komentar si sopir bis kepada kenek/kondektur yang duduk di bangku asisten di dekat pintu bus.

“Saya yakin, itu patah karena dia menghantam lobang dalam dan tajam di situ. Ada lobang yang dalam dan tajam. Saya hafal bener bahwa di situ itu posisinya. Mungkin lobang itu enggak kelihatan karena tadi tertutup genangan air.” Kata pak sopir bus kepada keneknya.

Duh, kasihan si pemilik mobil. Ini kategorinya ranjau darat, bukan jalan rusak yang rusaknya merata. Ranjau darat itu ya lobang-lobang parsial atau sporadis yang berada di jalanan yang bisa dibilang pada umumnya baik-baik saja atau bahkan mulus.

Saya enggak tau apa penyebab ranjau darat kayak gini. Tapi bertahun-tahun saya menyusuri jalanan, nyaris setiap kali perjalanan, saya menemukan ranjau darat. Mulai yang sifatnya ringan namun cukup menimbulkan guncangan di bada, hingga yang kondisinya berat sampai bikin suara stopper suspensi kerasa banget: jedhakkkk!!! Plus perut yang seperti ditonjok dan punggu yang serasa dihantam balok.

Yang langsung ada di pikiran saya saat bis melintasi kendaraan yang patah as roda itu adalah: betapa dia kalo telat membayar pajak, denda langsung meyergap. Sementara saat dia kena celaka dan harus berkorban waktu, tenaga, terutama biaya karena terkena ranjau darat; maka itu akan sepenuhnya dianggap kecelakaan atau musibah yang enggak dikehendaki bersama. Seolah Tuhanlah penyebab dan yang menakdirkan semua ini.

Hingga hari ini saya enggak pernah mendengar bahwa hal begini adalah karena/sebuah kelalaian pemerintah yang enggak rutin menginspeksi jalanan dan langsung menambal lobang berbahaya yang mengancam keselamatan pengguna jalan raya.

Dan kenapa koq enggak ada inspeksi rutin terhadap lobang pengancam keselamatan pengguna jalan raya? Pasti penyebabnya adalah karena enggak ada anggaran, dan pemerintah kekuarangan SDM untuk bikin unit inspeksi rutin yang terus-terusan berkeliling jalanan sambil membawa bahan untuk menambal lobang pengancam nyawa, setidaknya suspensi kita seperti itu.

Rasa-rasanya, aspal berlubang adalah bukan sesuatu yang menjadi tanggung jawab khusus bagi pihak yang harus(nya) bertanggung jawab untuk itu. Ini semua berasa bukan sesuatu yang lepas tanggung jawab dari siapa yang harusnya bertanggung jawab, melainkan seolah seperti takdir alam.

Saya yakin seperti itu.

– FHW
Gambar hanya ilustrasi. Saya enggak sempat foto kejadiannya.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.